T-REC Semarang-Komunitas-Reptil-Semarang-Patofisiologi-tentang-bisa-ular
Patofisiologi
Racun/bisa diproduksi dan disimpan
pada sepasang kelenjar di bawah mata. Racun ini disimpan di bawah gigi taring
pada rahang atas. Rahang dapat bertambah sampai 20 mm pada ular berbisa yang
besar. Dosis racun pergigitan bergantung pada waktu yang yang terlewati setelah
gigitan yang terakhir, derajat ancaman dan ukuran mangsa. Respon lubang hidung
untuk pancaran panas dari mangsa memungkinkan ular untuk mengubah ubah jumlah
racun yang dikeluarkan.
Racun kebanyakan berupa air. Protein
enzim pada racun mempunyai sifat merusak. Protease, colagenase dan hidrolase
ester arginin telah teridentifikasi pada racun ular berbisa. Neurotoksin
terdapat pada sebagian besar racun ular berbisa. Diketahui beberapa enzim diantaranya
adalah (1) hialuronidase, bagian dari racun diamana merusak jaringan subcutan
dengan menghancurkan mukopolisakarida; (2) fosfolipase A2 memainkan peran
penting pada hemolisis sekunder untuk efek eritrolisis pada membran sel darah
merah dan menyebabkan nekrosis otot; dan (3)enzim trobogenik menyebabkan
pembentukan clot fibrin, yang akan mengaktivasi plasmin dan menghasilkan
koagulopati yang merupakan konsekuensi hemoragik (Warrell,2005).
sumber :
https://sites.google.com/site/djhapipi/seputar-kesehatan
Warrell,
D.A., 1999. Guidelines for the Clinical
Management of Snake Bite in the South-East Asia Region. World Health Organization. Regional Centre for Tropical Medicine, Faculty
of Tropical Medicine, Mahidol University, Thailand.
Warrell,D.A., 2005. Treatment of bites by adders and exotic venomous
snakes. BMJ 2005; 331:1244-1247 (26 November), doi:10.1136/bmj.331.7527.1244. www.bmj.com.